Pancingan ke langit
satu konotasi untuk kebesaran
satu interpretasi keagungan sejagat

Adalah suara yang tidak terlawankan, bisa meraung dan menghambat gelora, walau tiada ombak dan gelombang, deru tetap deruan, henjutan dan sentapan yang ganas, bisa memutuskan, melayang dan terdampar longlai, entah di mana?, entah ke mana....... renangan di langit luas bisa menyesatkan, bila tiada panduan.

Gelombang biru di dada langit kadang menawarkan keceriaan, kadang menghujani keresahan. Kita bukanlah anak-anak kecil yang boleh disogokkan gula-gula, untuk mematikan tangisan dan menyambung tawa. Kita bukanlah pengemis yang meminta-minta untuk dentingan syiling, buat melolosi tenggorok dan membasahi tekak. Kita bukanlah kera-kera di hutan yang membising di kala senja, berebut tempat peraduan!!

Suara langit itu jelas. Suara langit itu adalah penentu segalanya dan pancingan ke langit perlu diteruskan....

Adakah kita memancing pada langit yang sama? Ikan-ikan di langit tidak bisa ditetak dengan iyai samurai. Apatah lagi katana tumpul akibat perebutan. Kuasa dan kekuasaan menarik talian pancing bisa membuat ikan terlepas, berenang kesakitan sumbing berdarah sedikit bibirnya yang nipis. Nanti ikan besar di langit bisa menelannya dengan ganas. Menjadi isi perut yang memang sudah gendut.

Pancingan ke langit Sepat Jantan punya interpretasi persaingan, bila diolahkan.......

Langit dan lautan, bisa saja dibaca kebesaran dan kekuasaan, yang sering kita lupakan, yang sering kita ketepikan, akibat nafsu menyodok hati-hati yang layu, bermimpi gagah di angin yang berlalu!

Hasza

Comments

alie syafa'at said…
lebih banyak puisi-puisi islami yang di muat donk....!!!!terima kasih

Popular posts from this blog

Buat Sahabat

Bila Senja Berlabuh (i)

Wajah Tua Di Kaki Langit